Aku bersumpah demi hari kiamat, [QS.75:1]; dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali . [QS.75:2]; Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan tulang belulangnya? [QS.75:3]; Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun jari jemarinya dengan sempurna. [QS.75:4]; Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus. [QS.75:5]; Ia berkata: "Bilakah hari kiamat itu?" [QS.75:6]; Maka apabila mata terbelalak , [QS.75:7]; dan apabila bulan telah hilang cahayanya, [QS.75:8]; dan matahari dan bulan dikumpulkan, [QS.75:9]; pada hari itu manusia berkata: "Ke mana tempat berlari?" [QS.75:10]; sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! [QS.75:11]; Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali. [QS.75:12]; Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. [QS.75:13]; Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri , [QS.75:14]; meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya. [QS.75:15]; Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk Al Qur'an karena hendak cepat-cepat nya . [QS.75:16]; Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan membacanya. [QS.75:17]; Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. [QS.75:18]; Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya. [QS.75:19]; Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu mencintai kehidupan dunia, [QS.75:20]; dan meninggalkan akhirat. [QS.75:21]; Wajah-wajah pada hari itu berseri-seri. [QS.75:22]; Kepada Tuhannyalah mereka melihat. [QS.75:23]; Dan wajah-wajah pada hari itu muram, [QS.75:24]; mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat. [QS.75:25]; Sekali-kali jangan. Apabila nafas telah sampai ke kerongkongan, [QS.75:26]; dan dikatakan : "Siapakah yang dapat menyembuhkan?", [QS.75:27]; dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan , [QS.75:28]; dan bertaut betis dan betis , [QS.75:29]; kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau. [QS.75:30]; Dan ia tidak mau membenarkan dan tidak mau mengerjakan shalat, [QS.75:31]; tetapi ia mendustakan dam berpaling , [QS.75:32]; kemudian ia pergi kepada ahlinya dengan berlagak . [QS.75:33]; Kecelakaanlah bagimu dan kecelakaanlah bagimu, [QS.75:34]; kemudian kecelakaanlah bagimu dan kecelakaanlah bagimu . [QS.75:35]; Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja ? [QS.75:36]; Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan , [QS.75:37]; kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya, [QS.75:38]; lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan. [QS.75:39]; Bukankah demikian berkuasa menghidupkan orang mati? [QS.75:40].
Your Ad Here

Minggu, 11 Oktober 2009

Pada sebuah nisan, tertulis bait-bait syair sebagai berikut :

“Kubur-kubur yang diam membisu berbisik kepadamu,
Sementara para penghuninya berbaring diam dibawah tanah.

Wahai penghimpun harta dunia yang takkan pernah puas,
Untuk siapa kamu kumpulkan harta dunia ?
Sedangkan kamu sendiri pasti mati ?”



(dari buku : “ Di balik Tabir Kematian “ oleh : Imam Al Ghazali )

Lanjutkan membaca : “ ”  »»

Kamis, 23 Juli 2009

URIP IRO

Sejatining hurip iku hamung sak protelu soko dhowoning hurip iro
Soko sak protelone iku, hamung rong protelon ingkang upayaniro kang iso kaitung tumrap pokok ing ngaurip.
Lamun manungso kelalen anggone anglampahi hurip, kepranan lan lali amargo pikirane kecanthel amung marang penggawean lan kasukan, sejatine urip iro dadi ora ono koyone tumrap Sing menehi Urip iro.


Akeh wong ingkang bingung marang lelakon ing jaman saiki
Pindho langit karo bumi bedane,
Sing sengsoro ora koyo manungso, sing bungah ora koyo manungso
Ibarat mangan sego aking wae ora iso dilakoni, rambute brumbun mergo mikir dioyak –oyak utang uga ora iso dietung.
Nanging sing platarane kebak tunggangan meling-meling cet-cetane, omahe magrong – magrong, lan bibik embane pirang – pirang ugo akeh.
Ono omah dapure mambu gereh sik digoreng nyulek irung, nanging ing kiwane omah, dapure resik amargo mangane tuku ono ing omah makan gedhe.
Ono sing kranjang sampahe kebak bonggol godhong telo pendak ndino, nanging sebelahe omah, kranjang sampahe pendak ndino kebak kerdus wadhah barang-barang toko.

Sejatine, endhi sing salah lan endhi sing bener ?
Nanging, lamun jaman iki wus genep sarate
Yoiku genep kang dadi pratondho marang tekane jaman edan
Ojo sumelang tumrap wong kang rekoso
Amargo, jaman iki wus ngancik marang jaman kang dadi wolak walik.

Sejatine ugo, ajaran poro linuwih wus paring pituduh
Yen sejatine, urip ono ing ngalam ndonyo iku, penjorone kanggo wong sing ditresnani kang gawe urip dan swarganing wong kang diujo sing gawe urip.

Yen hurip iku hamung sak protelu soko dhowoning hurip iro
Lan ngakherat iku sak lawase
Ora patut siro cilik ati lan meri karo wong kang diujo uripe ono ing ngalam ndonyo iki.

Lanjutkan membaca : “URIP IRO”  »»

Kamis, 12 Maret 2009

LENYAPNYA AMANAT DAN DISERAHKANNYA URUSAN KEPADA ORANG YANG BUKAN AHLINYA.

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, ( QS. 33: 72 )

Hilangnya Amanat dimuka bumi ini adalah merupakan salah satu tanda-tanda kecil ( Sughra ) akan datangnya hari kiamat. Sedemikian besarkah keutamaan dari amanat dan sedemikian beratkah dia sehingga langit, bumi dan gunungpun enggan untuk memikulnya ? Atau sedemikian bodohnya manusia sehingga mereka merasa sanggup dan bersedia untuk memikulnya?

Amanat menurut tata bahasa berarti : “al-wafa” (memenuhi) dan “wadi’ah” (titipan), tetapi hakekat makna amanat menurut syariat agama, adalah segala hukum yang ditetapkan Allah
(yang telah disampaikan oleh para Nabi dan Rasul). Memegang atau memikul amanat berarti mentaati segala hukum yang telah dibuat Allah dan lenyapnya Amanat berarti tidak ditaatinya hukum Allah (baik satu, sebagian atau semuanya) oleh pemegang amanat seperti yang tertulis dalam Quran 33:72.

Hukum Allah atau amanat tersebut antara lain, seperti kewajiban untuk selalu menjaga kepercayaan yang diberikan oleh orang lain, Allah berfirman : "Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya;" (QS. 2:283a), atau perintah Allah untuk berlaku adil : "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil." (QS. 4:58a), atau semua hukum yang disampaikan melalui rasulNya (berupa wahyu) : "Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. " (QS. 5:67a), dan juga larangan keras Allah untuk tidak mengkhianatinya (amanat) : " Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui." (QS. 8:27)

Itulah sebabnya, bahwa yang dimaksud dengan amanat adalah semua hukum Allah, sehingga wajarlah bila langit, bumi dan gunungpun enggan untuk memikulnya. Dan sebab hilangnya amanat ( tidak dipegangnya atau tidak ditaatinya amanat ) oleh manusia ( yang sejatinya telah berjanji untuk memikulnya , QS. 33:72 ) menjadi sebab datangnya kiamat, karena dengan tidak ditaatinya hukum – hukum Allah, menyebabkan kekacauan dimuka bumi ini. Sebagai contoh, salah satu contoh dari amanat adalah berlaku adil. Bila manusia telah mengingkari keadilan dan tidak berlaku adil dalam kehidupan di dunia ini, maka akan menyebabkan terdholiminya manusia yang lain akibat ketidak adilan sebagian manusia tersebut. Dengan terdholiminya sebagian manusia oleh sebagian yang lain, mengakibatkan penderitaan, kesengsaraan sebagian yang lain dan kelebihan atau kelapangan (baik harta, kedudukan dan kesempatan) bagi sebagian yang lain oleh perbuatan tidak adilnya tersebut, serta terlanggarnya hak sebagian yang lain terhadap sebagian yang lainnya (yang berbuat tidak adil atau tidak memegang amanat). Seperti halnya akan terjadi banjir dan longsor ketika hutan dibabat dan digunduli, maka akan terjadi suatu bencana pula bila ada hak manusia lain yang dilanggar oleh sebagian manusia yang lain. Hal itu juga merupakan suatu hukum atau ketetapan Allah jua.

Hakekat amanat sebagai hukum yang ditetapkan Allah kepada makhlukNya cakupannya sangat luas, yaitu mencakup segala hal yang berkaitan dengan makhluk, baik kewajiban maupun tanggung jawabnya. Nikmat yang Allah berikan juga termasuk amanat. Hidup kita, nafas kita, maupun tubuh kita (baik yang jelek, buruk, bagus ataupun sempurna menurut ukuran makhluk) adalah amanat yang harus kita pikul dan kita tempatkan sesuai ketetapan hukum Allah. Mensyukuri nikmat dengan memanfaatkan semua nikmat sebagai sarana ibadah dan mentaati ketetapan Allah demi tujuan akherat adalah jalan memegang atau memikul amanat, tetapi mensyukuri nikmat dengan jalan berbangga diri dan memanfaatkannya untuk keuntungan diri sendiri dalam menggapai nikmat dunia adalah pengingkaran terhadap amanat.

Sebagai contoh seorang wanita yang diberi nikmat oleh Allah berupa wajah yang cantik dan tubuh yang indah. Wajah yang cantik dan tubuh yang indah itulah amanat yang harus dipikul oleh wanita tersebut. Apabila nikmat tersebut (wajah yang cantik dan tubuh yang indah) menjadikan dia lebih dekat dan taat kepada Allah, dan selalu menghiasi kecantikan wajahnya dengan senyuman syukur serta menjaga keindahan tubuhnya dengan selalu menutupinya dengan pakaian yang pantas, sehingga keindahan tubuhnya tidak menjerumuskan dirinya sendiri maupun orang lain yang melihatnya kepada kesesatan, itu berarti wanita tersebut telah memegang amanat. Tetapi sebaliknya apabila kecantikan wajah dan keindahan tubuhnya tersebut digunakan sebagai sarana untuk menggapai kebahagiaan dunia, mengumbar senyuman kebanggaan, dan selalu mempertontonkan keindahan tubuhnya agar mendapat sanjungan atau mendapatkan keuntungan darinya, atau dengan mempertontonkan tubuhnya tersebut, secara sengaja maupun tidak sengaja telah mempengaruhi dirinya sendiri maupun orang lain kepada kesesatan, maka lenyapkah amanat yang dia pikul. Demikian seterusnya, bahwa nikmat itu tidak terbatas kepada fisik (badan, harta benda, dan kekayaan), tetapi juga kepada non fisik (kesempatan dan kelapangan).

Lenyapnya amanat (tidak ditaatinya hukum Allah) dapat terjadi oleh banyak hal. Dalam sebuah hadist, dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad pernah ditanya oleh seorang badui, dia bertanya kepada Rasulullah : ” Kapan kiamat terjadi ? “. Kemudian Nabi bersabda : ” Apabila amanat telah disia-siakan, maka tunggulah datangnya Kiamat.” Orang Badui itu bertanya lagi : “ Bagaimana menyia-nyiakannya ?” Nabi menjawab : ” Apabila suatu perkara disandarkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah Kiamat.” Menyia-nyiakan amanat terjadi karena suatu perkara disandarkan atau dipegang oleh orang yang bukan ahlinya atau orang yang tidak mengetahui maksud, tujuan dan hakekat perkara tersebut. Bayangkan saja, sebagai contoh, perkara atau urusan kepemimpinan, yang pada hakekatnya adalah memberi ketauladanan kepada yang dipimpin, mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya untuk suatu tujuan yang mulia (sebagai kesepakatan bersama dalam suatu jemaah), dan mengetahui bahwa kepemimpinannya memberi konsekwensi dunia akherat kepada dirinya sendiri maupun orang-orang yang dipimpinnya, tetapi perkara atau urusan kepemimpinan itu dipegang oleh orang yang tidak mengerti semua itu ? Dan justru urusan atau perkara kepemimpinan tersebut dipegang atau diberikan kepada orang yang hanya mengetahui bahwa kepemimpinan adalah sarana untuk memperkaya diri, membanggakan diri dan memanfaatkannya untuk kepentingan diri sendiri maupun golongan ? Bila itu yang terjadi, maka akan lenyaplah amanat.

Nah, apakah yang terjadi disekitar kita ? di lingkungan kita ? atau di kehidupan kita sendiri ? Kita sendiri yang bisa menilai. ” Apabila suatu perkara disandarkan kepada orang yang bukan ahlinya, ..” maka suatu perkara tersebut tidak akan pernah sampai pada tujuan, disalahgunakan untuk suatu kepentingan yang lepas dari tujuan yang sesungguhnya. Penyalahgunaan kepercayaan, memanfaatkan kesempatan untuk kepentingan pribadi atau golongan, tidak terselesaikannya perkara tersebut dengan baik, dan ujung dari semua itu mengakibatkan penderitaan, kesengsaraan sebagian yang lain dan kelebihan atau kelapangan bagi sebagian yang lain sebagai akibat dari terlepasnya suatu perkara tersebut dari tujuan yang sesungguhnya, serta terlanggarnya hak sebagian yang lain oleh sebagian yang lainnya. Dan bila hal itu yang terjadi, ... maka tunggulah Kiamat.” Semoga kita terhindar dari termasuk orang–orang yang menyia-nyiakan amanat. Karena bila itu yang terjadi, maka kita akan termasuk dalam golongan orang-orang yang menyebabkan makin cepatnya datangnya Kiamat. Kita berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. ( QS. 7 : 96 )

Lanjutkan membaca : “LENYAPNYA AMANAT DAN DISERAHKANNYA URUSAN KEPADA ORANG YANG BUKAN AHLINYA.”  »»

Selasa, 10 Maret 2009

Aku....

AKU...
( Jangan panjang angan )


Sadarlahlah aku ketika sepi itu tiba;
Bahwa aku adalah bukan apa – apa .....
Adanya dari tidak ada ..... kemudian menjadi ada .....
Adanya dari tidak ada ...... kembali menjadi tidak ada .....

Sadarlah aku ketika aku memandang bintang di langit;
Bahwa aku adalah bukan apa – apa .....
Aku hanyalah sebutir debu di luasnya jagat raya ini .....
beribu – ribu, berjuta – juta, bahkan tak terbilang butiran debu selain aku .....
Bila hanya seribu debu ..... bahkan sejuta debu musnah,
Butiran debu dijagat raya ini tetap tak terbilang .....
Apalagi hanya aku .....

Sadarlah aku ketika aku dalam kegagalan;
Bahwa aku adalah bukan apa – apa .....
Aku ternyata tak sekuat yang aku bayangkan .....
Aku ternyata bukan aktor utamanya .....

Sadarlah aku ketika aku bangun dari tidur;
Bahwa aku adalah bukan apa – apa .....
Karena akupun tak tau dimanakah aku ketika sebelum
aku bangun .....

Sadarlah aku ketika aku dalam hiruk pikuk dunia ;
Bahwa aku adalah bukan apa – apa .....
Karena kalaupun aku diam, hiruk pikuk tetaplah hiruk pikuk .....

Sadarlah aku ketika aku mengingat mati;
Bahwa aku adalah bukan apa – apa .....
Aku bukanlah kekasih .....
yang karena tidak adanya selalu dirindukan .....
Aku bukanlah matahari .....
Yang karena adanya bumi menjadi terang .....
Aku bukanlah seperti air ..... dan aku juga bukanlah api .....

Aku hanyalah aku .....
Yang hanyalah aku sendiri yang akan menanggung akibat dari perbuatanku .....
Yang hanyalah aku sendiri yang menentukan arah perjalananku .....
Yang hanya aku sendiri yang membutuhkan .....
Yang hanya aku sendiri yang perlu dikasihani .....

Karena aku adalah manusia .....
Mahluk yang paling bodoh sebenarnya .....
Yang merasa tahu apa yang sebenarnya tidak tahu .....
Yang merasa dibutuhkan oleh alam .....padahal sebenarnya sebaliknya .....
Yang merasa dibutuhkan oleh Penciptanya … padahal sebenarnya sebaliknya .....

Sebenarnya aku hanyalah manusia .....
Yang hanya seonggok daging ..... yang berasal dari sesuatu yang hina .....
Yang karena kesanggupannya menerima amanah dari Penciptanya, manusia dihadapkan kepada dua pilihan .....
Menepati janji .....atau mengingkarinya .....
Dan disanalah ada dua jalan .....
Surga ..... atau Neraka .....

Lanjutkan membaca : “Aku....”  »»

Kamis, 05 Februari 2009

Tanda-tanda Besar ( Kubra ) Kiamat

Setelah mengetahui tanda-tanda kecil ( sughra ) kiamat, dimana pengetahuan tentang belum, sedang ataukah telah semua tanda kecil ( sughra ) itu terjadi tidak ada pada kita semua, dan bahwa hanya tentang kepastian akan datangnya saja yang manusia miliki bagi urusan kiamat, tanda-tanda yang lain yang pengetahuannya juga diberikan kepada manusia adalah tanda-tanda besar ( kubra ) kiamat. Bila dikatakan : Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat ( yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila Kiamat sudah datang? [QS. 47:18], bahwa kedatangan kiamat itu secara tiba-tiba, maka sama halnya dengan tanda-tanda kecil, kitapun juga tidak mengetahui apakah tanda-tanda besar yang telah diberikan pengetahuannya kepada kita tersebut belum terjadi, atau sudah sebagian terjadi sebagian, atau justru sudah terjadi semuanya, tak ada seorangpun yang mengetahui kepastiannya.

Berikut ini, antara lain tentang tanda-tanda besar ( kubra ) kiamat, dimana tanda-tanda tersebut apakah telah berlalu atau terjadi, sedang terjadi dan terus terjadi, serta tanda-tanda yang kemungkinan belum terjadi, dan pasti akan terjadi entah nanti, entah esok, atau entah kapan.
Tentang tanda-tanda besar ( kubra ) kiamat, antara lain:

1. Datangnya Al-Mahdi.
2. Munculnya Al-Masih Ad-Dajjal.
3. Turunnya Al-Masih Al-Huda Isa bin Maryam As.
4. Munculnya Ya’juj dan Ma’juj.
5. Dihancurkannya Ka’bah yang mulia di tangan Dzu Suwaiqatain yang kedua kakinya renggang.
6. Kabut yang keluar sebelum hari Kiamat.
7. Terbitnya Matahari dari barat.
8. Munculnya binatang bumi dan berbicaranya kepada manusia.
9. Diangkatnya dan terkikisnya Al-Quran, serta kembalinya manusia kepada menyembah berhala.
10.Keluarnya api yang menggiring manusia ke Mahsyar.

Tanda-tanda hanyalah sebuah peringatan, dan terkadang, manusia, oleh karena kesibukan dunia, menjadi tidak teringat, atau bahkan tidak peduli bahwa peringatan itu telah pernah datang menghampiri dan berlalu begitu saja. Apabila ditiup sangkakala, maka waktu itu adalah waktu hari yang sulit, bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah. [ QS. 74: 8-10]

( Ingatlah ) hari ( ketika ) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat, dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahannam dalam keadaan dahaga. [ QS. 19:85 ].

Lanjutkan membaca : “Tanda-tanda Besar ( Kubra ) Kiamat”  »»

Selasa, 20 Januari 2009

Janganlah ( kita ) terlena.

Apakah yang setiap hari Anda ( Kita ) lakukan sehabis bangun tidur di pagi hari ?
Bangun, mengambil air wudhu, Shalat lalu tidur lagi ?
Atau ... bangun, mengambil air wudhu, Shalat, lalu duduk di depan TV ?
Atau ... bangun, mengambil air wudhu, Shalat, lalu mengamati satu persatu harta benda yang kita miliki, siapa tahu ada yang hilang atau pindah dari tempatnya ?
Atau... bangun agak kesiangan, lalu bergegas mandi, lalu buru-buru berpakaian dan duduk di meja makan untuk sarapan roti bakar dan teh hangat lalu kemudian cepat-cepat naik mobil untuk pergi bekerja ?

Pernahkah Anda ( kita ) dengan sengaja bangun pagi, setelah Shalat lalu berdiri di luar rumah memandang langit, menanti terbitnya Sang Mentari yang seumur hidup kita telah setia menerangi hari-hari siang kita ?
Tidakkah sedikit saja terbersit didalam hati anda ( kita ) ketakutan dan keraguan bahwa pagi itu Matahari ternyata tidak akan terbit lagi ?
Atau, tidakkah sedikit saja terbersit didalam hati anda ( kita ) ketakutan dan keraguan bahwa pagi itu Matahari tidak muncul dari ufuk Timur ?
Ataukah anda yakin seyakin-yakinnya bahwa Matahari akan datang seperti biasanya ?
Ataukah anda lupa dengan itu semua ?
Ataukah anda tidak peduli dengan itu semua ?

Hadist Riwayat Abu Dzar ra :
Bahwa pada suatu hari Nabi saw bersabda : “ tahukah kalian ke mana matahari pergi ?” Para sahabat menjawab Allah dan RasulNya lebih tahu. Rasulullah saw. Bersabda lagi : “Matahari berjalan hingga berakhir sampai ke tempat menetapnya di bawah Arsy, lalu menjatuhkan diri bersujud. Dia ( matahari ) terus dalam keadaan begitu hingga difrimankan kepadanya : ‘Naiklah, kembalilah dari mana engkau datang.” Mataharipun kembali, sehingga di waktu pagi terbit lagi dari tempat terbitnya. Kemudian berjalan, hingga berakhir pada tempat menetapnya di bawah Arsy, lalu bersujud dan tetap dalam keadaan begitu, sampai difirmankan kepadanya : ‘ Naiklah, kembalilah dari mana engkau datang. Matahari kembali, sehingga diwaktu pagi muncul dari tempat terbitnya. Kemudian ia kembali berjalan tanpa sedikitpun manusia menyadarinya, hingga berakhir pada tempat menetapnya itu di bawah Arsy, lalu difirmankan kepadanya : ‘ Naiklah, terbitlah dari Barat. Maka pagi berikutnya, matahari terbit dari sebelah Barat. Rasulullah saw. Melanjutkan : “ Tahukah kalian kapan itu terjadi ? itu terjadi saat : Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka atau kedatangan Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu . Pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: "Tunggulah olehmu sesungguhnya Kamipun menunggu ". [ QS. 6 : 158 ].

Sungguh, bila kehidupan dunia telah membuat kita terlena,
bila kesenangan dunia telah membuat kita lupa,
bila lezatnya harta, sejuk dan megahnya rumah kita, telah membuat kita lupa dan tidak peduli, dan ibadah kita hanya merupakan ritual rutinitas, sekedar menggugurkan kewajiban, tanpa menimbulkan bekas bagi hati, pikiran dan perasaan kita, maka, sesungguhnya, kita sedang menuju ke jalan yang salah tanpa kita sadari.

Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik . [ QS. 3: 14]

Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). [ QS. 13:26 ]


Lanjutkan membaca : “Janganlah ( kita ) terlena.”  »»

Rabu, 14 Januari 2009

Tanda Kecil Kiamat

Lanjutkan membaca : “Tanda Kecil Kiamat”  »»